Ikatan Anak Rantau Pacitan Menjalin Kebersamaan Dalam Kesatuan Dan Persaudaraan
Kamis, 18 Juli 2013
Masih ada harapan untuk perubahan, Masih ada cinta untuk pengabdian, Masih ada asa untuk berkarya, Mari bangun bersama peradaban islam nan gemilang. Mulai lagi di hari nan fitri, diawali dengan maaf dan ikhlas. Mohon MAAF jika ada kata2 & sikap yang kurang berkenan dihati Atas segala khilaf. Mari bersama bangun peradaban Islam nan mulia.. Minal aidzin wal faidzin.
Selasa, 16 Juli 2013
APA ITU KOMUNITAS
1. Komunitas itu bisa diartikan terbentuk dari sekumpulan orang yang mempunyai kesamaan hobi, kecintaan, kesukaan, ketertarikan pada suatu bidang atau hal~hal tertentu. Gampangnya saja, misalnya saja Komunitas SGFC (Sugar Glider Fun & Crazy) yang terjalin karena memiliki kesamaan kesukaan pada binatang.
2. Komunitas sejatinya adalah wadah untuk berkumpul, belajar, berbagi dan bermanfaat untuk sesama, karena pada mulanya yang melatar belakangi penyatuan orang~orang dalam sebuah komunitas karena kesamaan rasa, satu cita, satu impian dan cinta yang ingin sama~sama dibagi dan diraih bersama. Sejatinya komunitas itu adalah ladang amal untuk saling berbagai dan bermanfaat untuk sesama.
3. Adanya kepengurusan dalam sebuah komunitas itu pada dasarnya kembali komunitas itu sendiri, namun bagi saya pribadi, adanya sebuah kepengurusan dalam sebuah komunitas itu perlu dan penting, meski mungkin kepengurusannya tak perlu dibuat baku dan kaku layaknya sebuah organisasi pada umumnya yang mempunyai juklak dan sederet aturan keras karena itu justru akan menjadi beban untuk semua anggota dari sebuah komunitas. karena seperti sebuah kapal, maka harus ada kapten yang harus memimpin, mengatur dan membagi tugas kesemua anak buahnya supaya pelayaran kapal itu bisa sejalan pada rute yang sama. Tak bisa kita bayangkan jika semua pihak dalam kapal itu menjadi pemimpin pasti kapalnya bukannya berjalan baik, malah bisa jadi akan karam dan berakhir menyedihkan.
4. Semakin banyaknya “kepala” yang berkumpul dalam sebuah komunitas tentu saja akan lahir juga bermacam ide yang berbeda, tak jarang perbedaan pendapat cenderung menjadi bumerang yang merusak keutuhan yang telah dibina oleh sebuah komunitas bahkan tak mustahil memecah belah komunitas tersebut menjadi hancur. Sungguh sedih rasanya jika harus begini jadinya, kedewasaan sikap dari semua pihak dengan meredam ego masing~masing mungkin akan menjadi langkah bijak untuk menghindarkan sebuah komunitas dari sebuah kericuhan. Dan yang perlu dicatat, komunitas bisa dibaratkan sekolah untuk bisa belajar menghargai pendapat orang lain dan tidak mau menang sendiri.
5. Jika perpecahan dalam sebuah Komunitas itu tak lagi mampu dibendung, kunci yang pertama adalah saling menginstropeksi diri masing-masing, memberikan waktu untuk hati dan pikiran kita masing~masing untuk memilah dengan bijak apa yang telah kita lakukan ini, benar untuk kebaikan komunitas atau hanya untuk kepentingan diri pribadi kita semata? pada kondisi ini seharusnya kita sama~sama untuk tengok kembali kemasa dimana awal terbentuknya komunitas ini lahir, dimana impian yang ranum kala itu untuk kita kecup secara bersama haruskah berakhir seperti ini? Pasti jauh dihati terkecil kitapun akan meringis pedih jika membayangkan komunitas yang dengan susah dan senang, tawa dan tangis kita bangun bersama akan berakhir hanya karena tak mampunya kita menakar keegoan kita. Sungguh sangat disayangkan.
Kunci keduanya adalah menjalin komunikasi yang sehat, dimana kita bisa duduk bersama~sama untuk mencari solusi, bukan berdebat dan membiarkan perselisihan berlarut~larut dan mengganggu kenyamanan seluruh anggota yang ada, jika komunikasi yang kita jalin didunia maya tak cukup mampu memberi jalan keluar, sepertinya menggelar perjumpaan dalam tatap muka langsung harus ditempuh untuk mengakhiri perselisihan supaya tidak berlanjut, melibatkan orang yang dituakan “yang dihormati” dalam sebuah komunitaspun perlu kita lakoni untuk menyembatani kedua belah pihak yang berselisih untuk mempercepat titik temu dan penyelesaian masalah. Dalam hal ini hanya cinta yang mampu mendamaikan benci
6. Masuk dalam sebuah komunitas buat saya pribadi tentu saja mempunyai keuntungan atau manfaat yang bisa kita petik antara lain:
a). Sudah pasti dalam sebuah komunitas kita akan bertemu dengan orang~orang baru, yang membuat kita akhirnya saling berinteraksi sehingga hubungan pertemanan dan persaudaraanpun akan terjalin dengan indah bahkan tak mustahil bisa bertemu jodoh
b). Kesempatan untuk menimba ilmu dan belajar serta menambah wawasan dari teman~teman yang lain pasti terbuka lebar apalagi mungkin ada teman~teman yang sudah ahli dan jago dalam komunitas tersebut.
c). Dalam sebuah komunitas, kita bisa saling sharing berbagai pengalam baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan untuk dijadikan pembelajaran dan pembekalan bagi teman~teman yang lain untuk bisa lebih baik lagi.
d). Rasa kompak dan kesetiakawanan akan terpupuk seiring waktu, sehingga rasa solideritaspun kian subur dihati kita untuk saling bahu membahu dan saling membantu jika ada teman komunitas yang sedang kesulitan.
e). Bergabung dengan sebuah komunitas itu murupakan ladang silaturahmi kita dengan sesama dan konon katanya bersilaturahmi bisa melancarkan rejeki, korelasinya dengan melancarkan rejeki adalah dengan seringnya kita berkomunikasi dan menjalin silaturahmi dengan sesama maka lama~kelamaan akan mempunyai hubungan yang baik yang selanjutnya akan berkembang menjadi kepercayaan dan amanah, dengan begitu tak mustahil ketika kita kesulitan (Misalnya, mencari kerjaan) maka teman~teman yang lain akan dengan senang hati mengabarkan adanya lowongan kerja dikantornya.
Lima Puluh Satu Keutamaan Dzikrullah
Allah tabaraka wa ta’ala berfirman :
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
“Ingatlah pada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian.” (QS. Al Baqarah: 152). Ibnul Qayyim mengatakan, “Seandainya tidak ada keutamaan dzikir selain yang disebutkan dalam ayat ini, maka sudahlah cukup keutamaan yang disebut.”
Berikut kami hadirkan bukan hanya Satu, tapi Lima Puluh Satu keutamaan dzikir yang ditulis oleh Ust. Muhammad Abduh Tuasikal -hafizhahullah-, semoga kita dapat meraih seluruh keutamaan tersebut.
(1) Dengan dzikir akan mengusir setan.
(2) Dzikir mudah mendatangkan ridho Ar Rahman.
(3) Dzikir dapat menghilangkan gelisah dan hati yang gundah gulana.
(4) Dzikir membuat hati menjadi gembira dan lapang.
(5) Dzikir menguatkan hati dan badan.
(6) Dzikir menerangi hati dan wajah pun menjadi bersinar.
(7) Dzikir mudah mendatangkan rizki.
(8) Dzikir membuat orang yang berdzikir akan merasakan manisnya iman dan keceriaan.
(9) Dzikir akan mendatangkan cinta Ar Rahman yang merupakan ruh Islam.
(10) Dzikir akan mendekatkan diri seseorang pada Allah sehingga memasukkannya pada golongan orang yang berbuat ihsan yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihatnya.
(11) Dzikir akan mendatangkan inabah, yaitu kembali pada Allah ‘azza wa jalla. Semakin seseorang kembali pada Allah dengan banyak berdzikir pada-Nya, maka hatinya pun akan kembali pada Allah dalam setiap keadaan.
(12) Dengan berdzikir, seseorang akan semakin dekat pada Allah sesuai dengan kadar dzikirnya pada Allah ‘azza wa jalla. Semakin ia lalai dari dzikir, ia pun akan semakin jauh dari-Nya.
(13) Dzikir akan semakin menambah ma’rifah (pengenalan pada Allah). Semakin banyak dzikir, semakin bertambah ma’rifah seseorang pada Allah.
(14) Dzikir mendatangkan rasa takut pada Rabb ‘azza wa jalla dan semakin menundukkan diri pada-Nya. Sedangkan orang yang lalai dari dzikir akan semakin terhalangi dari rasa takut pada Allah.
(15) Dzikir akan mudah meraih apa yang Allah sebut dalam ayat,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
“Ingatlah pada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian.” (QS. Al Baqarah: 152). Ibnul Qayyim mengatakan, “Seandainya tidak ada keutamaan dzikir selain yang disebutkan dalam ayat ini, maka sudahlah cukup keutamaan yang disebut.”
(16) Dengan dzikir, hati akan semakin hidup. Ibnul Qayyim pernah mendengar gurunya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
الذكر للقلب مثل الماء للسمك فكيف يكون حال السمك إذا فارق الماء ؟
“Dzikir pada hati semisal air yang dibutuhkan ikan. Lihatlah apa yang terjadi jika ikan tersebut lepas dari air?”
(17) Hati dan ruh semakin kuat dengan dzikir. Jika seseorang melupakan dzikir maka kondisinya sebagaimana badan yang hilang kekuatan. Ibnul Qayyim rahimahullah menceritakan bahwa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sesekali pernah shalat Shubuh dan beliau duduk berdzikir pada Allah Ta’ala sampai beranjak siang. Setelah itu beliau berpaling padaku dan berkata, ‘Ini adalah kebiasaanku di pagi hari. Jika aku tidak berdzikir seperti ini, hilanglah kekuatanku’ –atau perkataan beliau yang semisal ini-.
(18) Dzikir menjadikan hati semakin kilap yang sebelumnya berkarat. Karatnya hati disebabkan lalai dari dzikir pada Allah. Sedangkan kilapnya hati adalah dengan dzikir, taubat dan istighfar.
(19) Dzikir akan menghapus dosa karena dzikir adalah kebaikan terbesar dan kebaikan akan menghapus kejelekan.
(20) Dzikir pada Allah dapat menghilangkan kerisauan.
(21) Ketika seorang hamba rajin mengingat Allah (berdzikir), maka Allah akan mengingat dirinya di saat ia butuh.
(22) Jika seseorang mengenal Allah -dengan dzikir- dalam keadaan lapang, Allah akan mengenalnya dalam keadaan sempit.
(23) Dzikir akan menyelematkan seseorang dari adzab neraka.
(24) Dzikir menyebabkan turunnya sakinah (ketenangan), naungan rahmat, dan dikelilingi oleh malaikat.
(25) Dzikir menyebabkan lisan semakin sibuk sehingga terhindar dari ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), dusta, perbuatan keji dan batil.
(26) Majelis dzikir adalah majelis para malaikat dan majelis orang yang lalai dari dzikir adalah majelis setan.
(27) Orang yang berzikir begitu bahagia, begitu pula ia akan membahagiakan orang-orang di sekitarnya.
(28) Dzikir akan memberikan rasa aman bagi seorang hamba dari kerugian di hari kiamat.
(29) Karena tangisan orang yang berdzikir, Allah akan memberikan naungan ‘Arsy padanya di hari kiamat yang amat panas.
(30) Sibuknya seseorang pada dzikir adalah sebab Allah memberi untuknya lebih dari yang diberikan pada peminta-minta.
(31) Dzikir adalah ibadah yang paling ringan, namun ibadah tersebut amat mulia.
(32) Dzikir adalah tanaman surga.
(33) Pemberian dan keutamaan yang diberikan pada orang yang berdzikir tidak diberikan pada amalan lainnya.
(34) Senantiasa berdzikir pada Allah menyebabkan seseorang tidak mungkin melupakan-Nya. Orang yang melupakan Allah adalah sebab sengsara dirinya dalam kehidupannya dan di hari ia dikembalikan. Seseorang yang melupakan Allah menyebabkan ia melupakan dirinya dan maslahat untuk dirinya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka Itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Hasyr: 19)
(35) Dzikir adalah cahaya bagi pemiliknya di dunia, kubur, dan hari berbangkit.
(36) Dzikir adalah ro’sul umuur (inti segala perkara). Siapa yang dibukakan kemudahan dzikir, maka ia akan memperoleh berbagai kebaikan. Siapa yang luput dari pintu ini, maka luputlah ia dari berbagai kebaikan.
(37) Dzikir akan memperingatkan hati yang tertidur lelap (yang lalai). Hati bisa jadi sadar dengan dzikir.
(38) Orang yang berdzikir akan semakin dekat dengan Allah dan bersama dengan-Nya. Kebersamaan di sini adalah dengan kebersamaan yang khusus, bukan hanya sekedar Allah itu bersama dalam arti mengetahui atau meliputi hamba-Nya. Namun kebersamaan ini menjadikan lebih dekat, mendapatkan perwalian, cinta, pertolongan dan taufik Allah. Kebersamaan yang dimaksudkan sebagaimana firman Allah Ta’ala,
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An Nahl: 128)
وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah: 249)
وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al ‘Ankabut: 69)
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
“Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS. At Taubah: 40)
(39) Dzikir dapat menyamai seseorang yang memerdekakan budak, menafkahkan harta, juga dapat menyamai seseorang yang menunggang kuda dan berperang dengan pedang (dalam rangka berjihad) di jalan Allah.
Sebagaimana terdapat dalam hadits,
مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ ، وَلَهُ الْحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ . فِى يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ ، كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ
“Barangsiapa yang mengucapkan ‘Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku, wa lahul hamdu, wa huwa ‘ala kulli syain qodiir dalam sehari sebanyak 100 kali, maka itu seperti memerdekakan 10 budak.”[1]
Ibnu Mas’ud mengatakan, “Sungguh aku banyak bertasbih pada Allah Ta’ala (mengucapkan subhanallah) lebih aku sukai dari beberapa dinar yang aku infakkan fii sabilillah (di jalan Allah).”
(40) Dzikir adalah inti dari bersyukur. Tidaklah dikatakan bersyukur pada Allah Ta’ala orang yang enggan berdzikir. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada Mu’adz,
« يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ ». فَقَالَ « أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لاَ تَدَعَنَّ فِى دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ »
“Wahai Mu’adz, demi Allah, sungguh aku mencintaimu. Demi Allah, aku mencintaimu.” Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku menasehatkan kepadamu –wahai Mu’adz-, janganlah engkau tinggalkan di setiap akhir shalat bacaan ‘Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik’ (Ya Allah tolonglah aku untuk berdzikir dan bersyukur serta beribadah yang baik pada-Mu).”[2] Dalam hadits ini digabungkan antara dzikir dan syukur. Begitu pula Allah Ta’ala menggabungkan antara keduanya dalam firman Allah Ta’ala,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al Baqarah: 152). Hal ini menunjukkan bahwa penggabungan dzikir dan syukur merupakan jalan untuk meraih bahagia dan keberuntungan.
(41) Makhluk yang paling mulia adalah yang bertakwa yang lisannya selalu basah dengan dzikir pada Allah. Orang seperti inilah yang menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah. Ia pun menjadikan dzikir sebagai syi’arnya.
(42) Hati itu ada yang keras. Kerasnya hati dapat dilebut dengan berdzikir pada Allah. Oleh karena itu, siapa yang ingin sembuh dari hati yang keras, maka perbanyaklah dzikir pada Allah.
Ada yang berkata kepada Al Hasan, “Wahai Abu Sa’id, aku mengadukan padamu akan kerasnya hatiku.” Al Hasan berkata, “Lembutkanlah dengan dzikir pada Allah.”
Ketika hati semakin lalai, semakin keras hati tersebut. Jika seseorang berdzikir pada Allah, lelehlah kekerasan hati sebagaimana timah itu dapat meleleh dengan api. Kerasnya hati akan meleleh semisal itu, yaitu dengan dzikir pada Allah.
(43) Dzikir adalah obat hati sedangkan lalai dari dzikir adalah penyakit hati.
Mak-huul, seorang tabi’in, berkata, “Dzikir kepada Allah adalah obat (bagi hati). Sedangkan sibuk membicarakan (‘aib) manusia, itu adalah penyakit.”
(44) Tidak ada sesuatu yang membuat seseorang mudah meraih nikmat Allah dan selamat dari murka-Nya selain dzikir pada Allah. Jadi dzikir adalah sebab datangnya nikmat dan tertolaknya murka Allah. Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7). Dzikir adalah inti syukur sebagaimana telah disinggung sebelumnya. Sedangkan syukur akan mendatangkan nikmat dan semakin bersyukur akan membuat nikmat semakin bertambah.
(45) Dzikir menyebabkan datangnya shalawat Allah dan dari malaikat bagi orang yang berdzikir. Dan siapa saja yang mendapat shalawat (pujian) Allah dan malaikat, sungguh ia telah mendapatkan keuntungan yang besar. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (41) وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (42) هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا (43)
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al Ahzab: 41-43)
(46) Dzikir kepada Allah adalah pertolongan besar agar seseorang mudah melakukan ketaatan. Karena Allah-lah yang menjadikan hamba mencintai amalan taat tersebut, Dia-lah yang memudahkannya dan menjadikan terasa nikmat melakukannya. Begitu pula Allah yang menjadikan amalan tersebut sebagai penyejuk mata, terasa nikmat dan ada rasa gembira. Orang yang rajin berdzikir tidak akan mendapati kesulitan dan rasa berat ketika melakukan amalan taat tersebut, berbeda halnya dengan orang yang lalai dari dzikir. Demikianlah banyak bukti yang menjadi saksi akan hal ini.
(47) Dzikir pada Allah akan menjadikan kesulitan itu menjadi mudah, suatu yang terasa jadi beban berat akan menjadi ringan, kesulitan pun akan mendapatkan jalan keluar. Dzikir pada Allah benar-benar mendatangkan kelapangan setelah sebelumnya tertimpa kesulitan.
(48) Dzikir pada Allah akan menghilangkan rasa takut yang ada pada jiwa dan ketenangan akan mudah diraih. Sedangkan orang yang lalai dari dzikir akan selalu merasa takut dan tidak pernah merasakan rasa aman.
(49) Dzikir akan memberikan seseorang kekuatan sampai-sampai ia bisa melakukan hal yang menakjubkan. Contohnya adalah Ibnu Taimiyah yang sangat menakjubkan dalam perkataan, tulisannya, dan kekuatannya. Tulisan Ibnu Taimiyah yang ia susun sehari sama halnya dengan seseorang yang menulis dengan menyalin tulisan selama seminggu atau lebih. Begitu pula di medan peperangan, beliau terkenal sangat kuat. Inilah suatu hal yang menakjubkan dari orang yang rajin berdzikir.
(50) Orang yang senantiasa berdzikir di jalan, di rumah, di lahan yang hijau, ketika safar, atau di berbagai tempat, itu akan membuatnya mendapatkan banyak saksi di hari kiamat. Karena tempat-tempat tadi, semisal gunung dan tanah, akan menjadi saksi baginya di hari kiamat. Kita dapat melihat hal ini pada firman Allah Ta’ala,
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1) وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا (2) وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3) يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5)
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”, pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.” (QS. Az Zalzalah: 1-5)
(51) Jika seseorang menyibukkan diri dengan dzikir, maka ia akan terlalaikan dari perkataan yang batil seperti ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), perkataan sia-sia, memuji-muji manusia (secara berlebihan), dan mencela manusia. Karena lisan sama sekali tidak bisa diam. Lisan boleh jadi adalah lisan yang rajin berdzikir dan boleh jadi adalah lisan yang lalai. Kondisi lisan adalah salah satu di antara dua kondisi tersebut. Ingatlah bahwa jiwa jika tidak tersibukkan dengan kebenaran, maka pasti akan tersibukkan dengan hal yang sia-sia.[3]
Dari artikel ‘51 Keutamaan Dzikir — Muslim.Or.Id‘
Sabtu, 13 Juli 2013
Ganjaran Untuk Mereka yang Berpuasa
Apa yang Akan Didapat Oleh Orang Yang Berpuasa dan Orang Yang Meninggalkannya? Sahkah Puasa Tanpa Sholat?
Ganjaran Untuk Mereka yang Berpuasa
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap amalan kebaikan yang
dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan
yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah
untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah
meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa
akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka
dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang
yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.”” (HR. Muslim no. 1151)
Dalam riwayat lain dikatakan,
قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِى
“Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku”.” (HR. Bukhari no. 1904)
Dalam riwayat Ahmad dikatakan,
Dalam riwayat Ahmad dikatakan,
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ كُلُّ الْعَمَلِ كَفَّارَةٌ إِلاَّ الصَّوْمَ وَالصَّوْمُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ
“Allah ‘azza wa jalla berfirman (yang
artinya), “Setiap amalan adalah sebagai kafaroh/tebusan kecuali amalan
puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan
membalasnya”.” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)
Pahala yang Tak Terhingga di Balik Puasa
Dari riwayat pertama, dikatakan bahwa
setiap amalan akan dilipatgandakan sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus
kebaikan yang semisal. Kemudian dikecualikan amalan puasa. Amalan puasa
tidaklah dilipatgandakan seperti tadi. Amalan puasa tidak dibatasi
lipatan pahalanya. Oleh karena itu, amalan puasa akan dilipatgandakan
oleh Allah hingga berlipat-lipat tanpa ada batasan bilangan.
Kenapa bisa demikian? Ibnu Rajab Al
Hambali –semoga Allah merahmati beliau- mengatakan,”Karena puasa adalah
bagian dari kesabaran”. Mengenai ganjaran orang yang bersabar, Allah
Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10)
Sabar itu ada tiga macam yaitu [1] sabar
dalam melakukan ketaatan kepada Allah, [2] sabar dalam meninggalkan
yang haram dan [3] sabar dalam menghadapi takdir yang terasa
menyakitkan. Ketiga macam bentuk sabar ini, semuanya terdapat dalam
amalan puasa. Dalam puasa tentu saja di dalamnya ada bentuk melakukan
ketaatan, menjauhi hal-hal yang diharamkan, juga dalam puasa seseorang
berusaha bersabar dari hal-hal yang menyakitkan seperti menahan diri
dari rasa lapar, dahaga, dan lemahnya badan. Itulah mengapa amalan
puasa bisa meraih pahala tak terhingga sebagaimana sabar.
Amalan Puasa Khusus untuk Allah
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Allah Ta’ala berfirman, “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku”.
Riwayat ini menunjukkan bahwa setiap amalan manusia adalah untuknya.
Sedangkan amalan puasa, Allah khususkan untuk diri-Nya. Allah
menyandarkan amalan tersebut untuk-Nya.
Kenapa Allah bisa menyandarkan amalan puasa untuk-Nya?
[Alasan pertama] Karena
di dalam puasa, seseorang meninggalkan berbagai kesenangan dan
berbagai syahwat. Hal ini tidak didapati dalam amalan lainnya. Dalam
ibadah ihram, memang ada perintah meninggalkan jima’ (berhubungan badan
dengan istri) dan meninggalkan berbagai harum-haruman. Namun bentuk
kesenangan lain dalam ibadah ihram tidak ditinggalkan. Begitu pula
dengan ibadah shalat. Dalam shalat memang kita dituntut untuk
meninggalkan makan dan minum. Namun itu dalam waktu yang singkat.
Bahkan ketika hendak shalat, jika makanan telah dihidangkan dan kita
merasa butuh pada makanan tersebut, kita dianjurkan untuk menyantap
makanan tadi dan boleh menunda shalat ketika dalam kondisi seperti itu.
Jadi dalam amalan puasa terdapat bentuk
meninggalkan berbagai macam syahwat yang tidak kita jumpai pada amalan
lainnya. Jika seseorang telah melakukan ini semua –seperti meninggalkan
hubungan badan dengan istri dan meninggalkan makan-minum ketika
puasa-, dan dia meninggalkan itu semua karena Allah, padahal tidak ada
yang memperhatikan apa yang dia lakukan tersebut selain Allah, maka ini
menunjukkan benarnya iman orang yang melakukan semacam ini. Itulah
yang dikatakan oleh Ibnu Rajab, “Inilah yang menunjukkan benarnya iman
orang tersebut.” Orang yang melakukan puasa seperti itu selalu
menyadari bahwa dia berada dalam pengawasan Allah meskipun dia berada
sendirian. Dia telah mengharamkan melakukan berbagai macam syahwat yang
dia sukai. Dia lebih suka mentaati Rabbnya, menjalankan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya karena takut pada siksaan dan selalu
mengharap ganjaran-Nya. Sebagian salaf mengatakan, “Beruntunglah orang
yang meninggalkan syahwat yang ada di hadapannya karena mengharap janji
Rabb yang tidak nampak di hadapannya.”. Oleh karena itu, Allah
membalas orang yang melakukan puasa seperti ini dan Dia pun
mengkhususkan amalan puasa tersebut untuk-Nya dibanding amalan-amalan
lainnya.
[Alasan kedua] Puasa
adalah rahasia antara seorang hamba dengan Rabbnya yang tidak ada orang
lain yang mengetahuinya. Amalan puasa berasal dari niat batin yang
hanya Allah saja yang mengetahuinya dan dalam amalan puasa ini terdapat
bentuk meninggalkan berbagai syahwat. Oleh karena itu, Imam Ahmad dan
selainnya mengatakan, “Dalam puasa sulit sekali terdapat riya’ (ingin
dilihat/dipuji orang lain).” Dari dua alasan inilah, Allah menyandarkan
amalan puasa pada-Nya berbeda dengan amalan lainnya.
Sebab Pahala Puasa, Seseorang Memasuki Surga
Lalu dalam riwayat lainnya dikatakan, “Allah
‘azza wa jalla berfirman (yang artinya), “Setiap amalan adalah sebagai
kafaroh/tebusan kecuali amalan puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku.”
Sufyan bin ‘Uyainah mengatakan, “Pada
hari kiamat nanti, Allah Ta’ala akan menghisab hamba-Nya. Setiap amalan
akan menembus berbagai macam kezholiman yang pernah dilakukan, hingga
tidak tersisa satu pun kecuali satu amalan yaitu puasa. Amalan puasa ini
akan Allah simpan dan akhirnya Allah memasukkan orang tersebut ke
surga.”
Jadi, amalan puasa adalah untuk Allah
Ta’ala. Oleh karena itu, tidak boleh bagi seorang pun mengambil
ganjaran amalan puasa tersebut sebagai tebusan baginya. Ganjaran amalan
puasa akan disimpan bagi pelakunya di sisi Allah Ta’ala. Dengan kata
lain, seluruh amalan kebaikan dapat menghapuskan dosa-dosa yang
dilakukan oleh pelakunya. Sehingga karena banyaknya dosa yang
dilakukan, seseorang tidak lagi memiliki pahala kebaikan apa-apa. Ada
sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa hari kiamat nanti antara amalan
kejelekan dan kebaikan akan ditimbang, satu yang lainnya akan saling
memangkas. Lalu tersisalah satu kebaikan dari amalan-amalan kebaikan
tadi yang menyebabkan pelakunya masuk surga.
Itulah amalan puasa yang akan tersimpan
di sisi Allah. Amalan kebaikan lain akan memangkas kejelekan yang
dilakukan oleh seorang hamba. Ketika tidak tersisa satu kebaikan
kecuali puasa, Allah akan menyimpan amalan puasa tersebut dan akan
memasukkan hamba yang memiliki simpanan amalan puasa tadi ke dalam
surga.
Dua Kebahagiaan yang Diraih Orang yang Berpuasa
Dalam hadits di atas dikatakan, “Bagi
orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan
ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya.”
Kebahagiaan pertama adalah ketika
seseorang berbuka puasa. Ketika berbuka, jiwa begitu ingin mendapat
hiburan dari hal-hal yang dia rasakan tidak menyenangkan ketika
berpuasa, yaitu jiwa sangat senang menjumpai makanan, minuman dan
menggauli istri. Jika seseorang dilarang dari berbagai macam syahwat
ketika berpuasa, dia akan merasa senang jika hal tersebut diperbolehkan
lagi.
Kebahagiaan kedua adalah ketika seorang
hamba berjumpa dengan Rabbnya yaitu dia akan jumpai pahala amalan puasa
yang dia lakukan tersimpan di sisi Allah. Itulah ganjaran besar yang
sangat dia butuhkan.
Allah Ta’ala berfirman,
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا تُقَدِّمُوا لأنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا
“Dan kebaikan apa saja yang kamu
perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi
Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar
pahalanya.” (QS. Al Muzammil: 20)
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا
“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya).” (QS. Ali Imron: 30)
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.” (QS. Az Zalzalah: 7)
Bau Mulut Orang yang Berpuasa di Sisi Allah
Ganjaran bagi orang yang berpuasa yang disebutkan pula dalam hadits di atas , “Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.”
Seperti kita tahu bersama bahwa bau mulut
orang yang berpuasa apalagi di siang hari sungguh tidak mengenakkan.
Namun bau mulut seperti ini adalah bau yang menyenangkan di sisi Allah
karena bau ini dihasilkan dari amalan ketaatan dank arena mengharap
ridho Allah. Sebagaimana pula darah orang yang mati syahid pada hari
kiamat nanti, warnanya adalah warna darah, namun baunya adalah bau
minyak kasturi.
Harumnya bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah ini ada dua sebab:
[Pertama] Sebagaimana
dijelaskan sebelumnya bahwa puasa adalah rahasia antara seorang hamba
dengan Allah di dunia. Ketika di akhirat, Allah pun menampakkan amalan
puasa ini sehingga makhluk pun tahu bahwa dia adalah orang yang gemar
berpuasa. Allah memberitahukan amalan puasa yang dia lakukan di hadapan
manusia lainnya karena dulu di dunia, dia berusaha keras
menyembunyikan amalan tersebut dari orang lain. Inilah bau mulut yang
harum yang dinampakkan oleh Allah di hari kiamat nanti karena amalan
rahasia yang dia lakukan.
[Kedua] Barangsiapa yang
beribadah dan mentaati Allah, selalu mengharap ridho Allah di dunia
melalui amalan yang dia lakukan, lalu muncul dari amalannya tersebut
bekas yang tidak terasa enak bagi jiwa di dunia, maka bekas seperti ini
tidaklah dibenci di sisi Allah. Bahkan bekas tersebut adalah sesuatu
yang Allah cintai dan baik di sisi-Nya. Hal ini dikarenakan bekas yang
tidak terasa enak tersebut muncul karena melakukan ketaatan dan
mengharap ridho Allah. Oleh karena itu, Allah pun membalasnya dengan
memberikan bau harum pada mulutnya yang menyenangkan seluruh makhluk,
walaupun bau tersebut tidak terasa enak di sisi makluk ketika di dunia.
Inilah beberapa keutamaan amalan puasa.
Inilah yang akan diraih bagi seorang hamba yang melaksanakan amalan
puasa yang wajib di bulan Ramadhan maupun amalan puasa yang sunnah
dengan dilandasi keikhlasan dan selalu mengharap ridho Allah. Semoga
kita dapat meraih beberapa keutamaan di atas dari amalan puasa Ramadhan
yang kita lakukan nanti. Semoga Allah memberi kita selalu ilmu yang
bermanfaat, rizki yang thoyib dan amalan yang diterima.
[Pembahasan ini disarikan dari Latho’if Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, 268-290]
Kamis, 11 Juli 2013
DO’A-DO’A DI BULAN RAMADHAN
- Istighfar dan Doa di Waktu Sahur :
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (QS. Ali Imran:17). “Dan di waktu-waktu sahur (akhir malam) mereka memohon am-pun (kepada Allah).” (QS. Adz-Dzariyat:18).
Apabila Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam mendapati waktu sahur beliau membaca doa:
- Doa Berbuka Puasa :
- Doa Sebelum Makan atau Berbuka :
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila seseorang di antara kamu memakan makanan, hendaklah membaca:
( Ket: Tidak ada tambahan kata Ar-Rahman Ar-Rahim, cukup “Bismillah”)
Apabila lupa pada permulaannya, hendaklah membaca
- Doa Sesudah Makan atau Berbuka
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (QS. Ali Imran:17). “Dan di waktu-waktu sahur (akhir malam) mereka memohon am-pun (kepada Allah).” (QS. Adz-Dzariyat:18).
Apabila Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam mendapati waktu sahur beliau membaca doa:
– سَمِعَ سَامِعٌ بِحَمْدِ اللَّهِ وَحُسْنِ بَلَائِهِ عَلَيْنَا رَبَّنَا صَاحِبْنَا وَأَفْضِلْ عَلَيْنَا عَائِذًا بِاللَّهِ مِنْ النَّارِ
“Semoga ada yang memperdengarkan pujian kami kepada Allah atas nikmat dan cobaan-Nya yang baik bagi kami. Wahai Rabb kami, dampingilah kami (peliharalah kami) dan berilah karunia kepada kami dengan berlindung kepada Allah dari api Naar.” (HR: Muslim 2718 dari hadits Abu Hurairah).- Doa Berbuka Puasa :
– ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ.
“Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala akan tetap, insya Allah.” (HR: Abu Dawud, dan Al-Hakim dan beliau menshahihkannya, serta disetujui oleh Adz-Dzahabi dan Ibnu Umar. Lihat Shahih Al-Jami’).- Doa Sebelum Makan atau Berbuka :
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila seseorang di antara kamu memakan makanan, hendaklah membaca:
– بِسْمِ اللهِ-
(“Bismillah”)( Ket: Tidak ada tambahan kata Ar-Rahman Ar-Rahim, cukup “Bismillah”)
Apabila lupa pada permulaannya, hendaklah membaca
– بِسْمِ اللهِ فِيْ أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ.
(HR. Abu Dawud 3/347, At-Tirmidzi 4/288, lihat kitab Shahih At-Tirmidzi).- Doa Sesudah Makan atau Berbuka
– الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنِيْ هَذَا وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّيْ وَلاَ قُوَّةٍ.
“Segala puji bagi Allah yang memberi makan ini kepadaku dan yang memberi rezeki kepadaku tanpa daya dan kekuatanku.” (HR. Penyusun kitab Sunan, kecuali An-Nasai, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/159).Selasa, 09 Juli 2013
MARHABAN YA RAMADHAN
Langganan:
Postingan
(
Atom
)