Apa yang Akan Didapat Oleh Orang Yang Berpuasa dan Orang Yang Meninggalkannya? Sahkah Puasa Tanpa Sholat?
Ganjaran Untuk Mereka yang Berpuasa
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap amalan kebaikan yang
dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan
yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah
untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah
meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa
akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka
dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang
yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.”” (HR. Muslim no. 1151)
Dalam riwayat lain dikatakan,
قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِى
“Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku”.” (HR. Bukhari no. 1904)
Dalam riwayat Ahmad dikatakan,
Dalam riwayat Ahmad dikatakan,
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ كُلُّ الْعَمَلِ كَفَّارَةٌ إِلاَّ الصَّوْمَ وَالصَّوْمُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ
“Allah ‘azza wa jalla berfirman (yang
artinya), “Setiap amalan adalah sebagai kafaroh/tebusan kecuali amalan
puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan
membalasnya”.” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)
Pahala yang Tak Terhingga di Balik Puasa
Dari riwayat pertama, dikatakan bahwa
setiap amalan akan dilipatgandakan sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus
kebaikan yang semisal. Kemudian dikecualikan amalan puasa. Amalan puasa
tidaklah dilipatgandakan seperti tadi. Amalan puasa tidak dibatasi
lipatan pahalanya. Oleh karena itu, amalan puasa akan dilipatgandakan
oleh Allah hingga berlipat-lipat tanpa ada batasan bilangan.
Kenapa bisa demikian? Ibnu Rajab Al
Hambali –semoga Allah merahmati beliau- mengatakan,”Karena puasa adalah
bagian dari kesabaran”. Mengenai ganjaran orang yang bersabar, Allah
Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10)
Sabar itu ada tiga macam yaitu [1] sabar
dalam melakukan ketaatan kepada Allah, [2] sabar dalam meninggalkan
yang haram dan [3] sabar dalam menghadapi takdir yang terasa
menyakitkan. Ketiga macam bentuk sabar ini, semuanya terdapat dalam
amalan puasa. Dalam puasa tentu saja di dalamnya ada bentuk melakukan
ketaatan, menjauhi hal-hal yang diharamkan, juga dalam puasa seseorang
berusaha bersabar dari hal-hal yang menyakitkan seperti menahan diri
dari rasa lapar, dahaga, dan lemahnya badan. Itulah mengapa amalan
puasa bisa meraih pahala tak terhingga sebagaimana sabar.
Amalan Puasa Khusus untuk Allah
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Allah Ta’ala berfirman, “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku”.
Riwayat ini menunjukkan bahwa setiap amalan manusia adalah untuknya.
Sedangkan amalan puasa, Allah khususkan untuk diri-Nya. Allah
menyandarkan amalan tersebut untuk-Nya.
Kenapa Allah bisa menyandarkan amalan puasa untuk-Nya?
[Alasan pertama] Karena
di dalam puasa, seseorang meninggalkan berbagai kesenangan dan
berbagai syahwat. Hal ini tidak didapati dalam amalan lainnya. Dalam
ibadah ihram, memang ada perintah meninggalkan jima’ (berhubungan badan
dengan istri) dan meninggalkan berbagai harum-haruman. Namun bentuk
kesenangan lain dalam ibadah ihram tidak ditinggalkan. Begitu pula
dengan ibadah shalat. Dalam shalat memang kita dituntut untuk
meninggalkan makan dan minum. Namun itu dalam waktu yang singkat.
Bahkan ketika hendak shalat, jika makanan telah dihidangkan dan kita
merasa butuh pada makanan tersebut, kita dianjurkan untuk menyantap
makanan tadi dan boleh menunda shalat ketika dalam kondisi seperti itu.
Jadi dalam amalan puasa terdapat bentuk
meninggalkan berbagai macam syahwat yang tidak kita jumpai pada amalan
lainnya. Jika seseorang telah melakukan ini semua –seperti meninggalkan
hubungan badan dengan istri dan meninggalkan makan-minum ketika
puasa-, dan dia meninggalkan itu semua karena Allah, padahal tidak ada
yang memperhatikan apa yang dia lakukan tersebut selain Allah, maka ini
menunjukkan benarnya iman orang yang melakukan semacam ini. Itulah
yang dikatakan oleh Ibnu Rajab, “Inilah yang menunjukkan benarnya iman
orang tersebut.” Orang yang melakukan puasa seperti itu selalu
menyadari bahwa dia berada dalam pengawasan Allah meskipun dia berada
sendirian. Dia telah mengharamkan melakukan berbagai macam syahwat yang
dia sukai. Dia lebih suka mentaati Rabbnya, menjalankan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya karena takut pada siksaan dan selalu
mengharap ganjaran-Nya. Sebagian salaf mengatakan, “Beruntunglah orang
yang meninggalkan syahwat yang ada di hadapannya karena mengharap janji
Rabb yang tidak nampak di hadapannya.”. Oleh karena itu, Allah
membalas orang yang melakukan puasa seperti ini dan Dia pun
mengkhususkan amalan puasa tersebut untuk-Nya dibanding amalan-amalan
lainnya.
[Alasan kedua] Puasa
adalah rahasia antara seorang hamba dengan Rabbnya yang tidak ada orang
lain yang mengetahuinya. Amalan puasa berasal dari niat batin yang
hanya Allah saja yang mengetahuinya dan dalam amalan puasa ini terdapat
bentuk meninggalkan berbagai syahwat. Oleh karena itu, Imam Ahmad dan
selainnya mengatakan, “Dalam puasa sulit sekali terdapat riya’ (ingin
dilihat/dipuji orang lain).” Dari dua alasan inilah, Allah menyandarkan
amalan puasa pada-Nya berbeda dengan amalan lainnya.
Sebab Pahala Puasa, Seseorang Memasuki Surga
Lalu dalam riwayat lainnya dikatakan, “Allah
‘azza wa jalla berfirman (yang artinya), “Setiap amalan adalah sebagai
kafaroh/tebusan kecuali amalan puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku.”
Sufyan bin ‘Uyainah mengatakan, “Pada
hari kiamat nanti, Allah Ta’ala akan menghisab hamba-Nya. Setiap amalan
akan menembus berbagai macam kezholiman yang pernah dilakukan, hingga
tidak tersisa satu pun kecuali satu amalan yaitu puasa. Amalan puasa ini
akan Allah simpan dan akhirnya Allah memasukkan orang tersebut ke
surga.”
Jadi, amalan puasa adalah untuk Allah
Ta’ala. Oleh karena itu, tidak boleh bagi seorang pun mengambil
ganjaran amalan puasa tersebut sebagai tebusan baginya. Ganjaran amalan
puasa akan disimpan bagi pelakunya di sisi Allah Ta’ala. Dengan kata
lain, seluruh amalan kebaikan dapat menghapuskan dosa-dosa yang
dilakukan oleh pelakunya. Sehingga karena banyaknya dosa yang
dilakukan, seseorang tidak lagi memiliki pahala kebaikan apa-apa. Ada
sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa hari kiamat nanti antara amalan
kejelekan dan kebaikan akan ditimbang, satu yang lainnya akan saling
memangkas. Lalu tersisalah satu kebaikan dari amalan-amalan kebaikan
tadi yang menyebabkan pelakunya masuk surga.
Itulah amalan puasa yang akan tersimpan
di sisi Allah. Amalan kebaikan lain akan memangkas kejelekan yang
dilakukan oleh seorang hamba. Ketika tidak tersisa satu kebaikan
kecuali puasa, Allah akan menyimpan amalan puasa tersebut dan akan
memasukkan hamba yang memiliki simpanan amalan puasa tadi ke dalam
surga.
Dua Kebahagiaan yang Diraih Orang yang Berpuasa
Dalam hadits di atas dikatakan, “Bagi
orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan
ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya.”
Kebahagiaan pertama adalah ketika
seseorang berbuka puasa. Ketika berbuka, jiwa begitu ingin mendapat
hiburan dari hal-hal yang dia rasakan tidak menyenangkan ketika
berpuasa, yaitu jiwa sangat senang menjumpai makanan, minuman dan
menggauli istri. Jika seseorang dilarang dari berbagai macam syahwat
ketika berpuasa, dia akan merasa senang jika hal tersebut diperbolehkan
lagi.
Kebahagiaan kedua adalah ketika seorang
hamba berjumpa dengan Rabbnya yaitu dia akan jumpai pahala amalan puasa
yang dia lakukan tersimpan di sisi Allah. Itulah ganjaran besar yang
sangat dia butuhkan.
Allah Ta’ala berfirman,
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا تُقَدِّمُوا لأنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا
“Dan kebaikan apa saja yang kamu
perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi
Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar
pahalanya.” (QS. Al Muzammil: 20)
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا
“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya).” (QS. Ali Imron: 30)
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.” (QS. Az Zalzalah: 7)
Bau Mulut Orang yang Berpuasa di Sisi Allah
Ganjaran bagi orang yang berpuasa yang disebutkan pula dalam hadits di atas , “Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.”
Seperti kita tahu bersama bahwa bau mulut
orang yang berpuasa apalagi di siang hari sungguh tidak mengenakkan.
Namun bau mulut seperti ini adalah bau yang menyenangkan di sisi Allah
karena bau ini dihasilkan dari amalan ketaatan dank arena mengharap
ridho Allah. Sebagaimana pula darah orang yang mati syahid pada hari
kiamat nanti, warnanya adalah warna darah, namun baunya adalah bau
minyak kasturi.
Harumnya bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah ini ada dua sebab:
[Pertama] Sebagaimana
dijelaskan sebelumnya bahwa puasa adalah rahasia antara seorang hamba
dengan Allah di dunia. Ketika di akhirat, Allah pun menampakkan amalan
puasa ini sehingga makhluk pun tahu bahwa dia adalah orang yang gemar
berpuasa. Allah memberitahukan amalan puasa yang dia lakukan di hadapan
manusia lainnya karena dulu di dunia, dia berusaha keras
menyembunyikan amalan tersebut dari orang lain. Inilah bau mulut yang
harum yang dinampakkan oleh Allah di hari kiamat nanti karena amalan
rahasia yang dia lakukan.
[Kedua] Barangsiapa yang
beribadah dan mentaati Allah, selalu mengharap ridho Allah di dunia
melalui amalan yang dia lakukan, lalu muncul dari amalannya tersebut
bekas yang tidak terasa enak bagi jiwa di dunia, maka bekas seperti ini
tidaklah dibenci di sisi Allah. Bahkan bekas tersebut adalah sesuatu
yang Allah cintai dan baik di sisi-Nya. Hal ini dikarenakan bekas yang
tidak terasa enak tersebut muncul karena melakukan ketaatan dan
mengharap ridho Allah. Oleh karena itu, Allah pun membalasnya dengan
memberikan bau harum pada mulutnya yang menyenangkan seluruh makhluk,
walaupun bau tersebut tidak terasa enak di sisi makluk ketika di dunia.
Inilah beberapa keutamaan amalan puasa.
Inilah yang akan diraih bagi seorang hamba yang melaksanakan amalan
puasa yang wajib di bulan Ramadhan maupun amalan puasa yang sunnah
dengan dilandasi keikhlasan dan selalu mengharap ridho Allah. Semoga
kita dapat meraih beberapa keutamaan di atas dari amalan puasa Ramadhan
yang kita lakukan nanti. Semoga Allah memberi kita selalu ilmu yang
bermanfaat, rizki yang thoyib dan amalan yang diterima.
[Pembahasan ini disarikan dari Latho’if Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, 268-290]
Tidak ada komentar :
Posting Komentar